CNN Indonesia
Minggu, 16 Nov 2025 06:10 WIB
Lebanon mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait langkah Israel yang seenaknya membaangun tembok di wilayah selatan negaranya. (Foto: Getty Images via AFP/SPENCER PLATT)
Jakarta, CNN Indonesia --
Lebanon mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait langkah Israel yang seenaknya membaangun tembok di wilayah selatan negaranya.
Pada Jumat (14/11), Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL) menyatakan militer Israel telah membangun tembok di Lebanon selatan, dekat Garis Biru (Blue Line) yang ditetapkan PBB sebagai perbatasan de facto.
Kantor Presiden Lebanon Joseph Aoun telah menginstruksikan pejabat terkait "untuk mengajukan keluhan mendesak kepada Dewan Keamanan PBB terhadap Israel atas pembangunan tembok beton di perbatasan selatan Lebanon yang melampaui Garis Biru".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aoun juga meminta agar keluhan tersebut "dilengkapi dengan laporan yang diterbitkan oleh PBB yang membantah penolakan Israel terkait pembangunan tembok itu".
Menurut UNIFIL, bulan lalu pasukan penjaga perdamaian melakukan survei terhadap tembok beton tipe T yang dibangun militer Israel di barat daya Yaroun dan menemukan bahwa tembok tersebut "melintasi Garis Biru".
Beirut mengeklaim tindakan Israel itu menyebabkan lebih dari 4.000 meter persegi wilayah Lebanon tidak dapat diakses oleh warga Lebanon.
Survei tambahan yang dilakukan bulan ini atas konstruksi lain menunjukkan bahwa "bagian tembok di tenggara Yaroun juga melintasi Garis Biru", kata UNIFIL.
UNIFIL pun lantas menyebutnya aksi pembangunan Israel ini sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon.
UNIFIL menambahkan bahwa temuan pada Oktober itu telah disampaikan kepada militer Israel dan pihaknya telah meminta agar tembok tersebut dipindahkan.
Ketika dimintai tanggapan oleh AFP terkait tuduhan tersebut, militer Israel mengakui langkah tersebut namun menegaskan bahwa "tembok tersebut tidak melintasi Garis Biru".
Militer Israel mengatakan tembok itu merupakan bagian dari rencana militer yang lebih luas "yang pembangunannya dimulai pada 2022".
"Sejak dimulainya perang, dan sebagai bagian dari pelajaran yang diambil darinya, militer Israel telah mempercepat sejumlah langkah, termasuk memperkuat penghalang fisik di sepanjang perbatasan utara," tambah pernyataan tersebut.
Israel sempat terlibat perang sengit dengan saling menembakkan rudal oleh Hizbullah di selatan Lebanon, hingga akhirnya negara turun tangan.
Di bawah perjanjian gencatan senjata, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan, namun hingga kini masih menempatkan pasukan di lima area yang dianggap strategis.
Israel juga terus melancarkan serangan rutin ke Lebanon, dengan alasan menargetkan situs dan anggota Hizbullah.
(rds)

















































