Intip Strategi Investasi saat Harga Emas Melonjak

14 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan signifikan selama beberapa waktu terakhir.

Fenomena ini tak terlepas dari berbagai faktor global, terutama memanasnya konflik geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.

Dalam kondisi seperti ini, masyarakat perlu lebih cermat menyusun strategi investasi, agar bisa memanfaatkan momentum sekaligus meminimalkan risiko yang mungkin muncul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho, lonjakan harga emas saat ini merupakan sesuatu yang wajar.

"Sebenarnya fenomena ini merupakan hal yang wajar dikarenakan adanya konflik geopolitik dan ekonomi yang makin tajam dan meluas sehingga para investor cenderung untuk beralih dari investasi berisiko tinggi ke safe haven seperti logam mulia, yang menyebabkan harganya terus melonjak," ujar Andi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (18/4).

Kondisi ini kerap memunculkan pertanyaan, apakah sekarang waktu yang tepat untuk mulai membeli emas? Menurut Andi, prinsip dasar investasi justru menekankan pentingnya mulai secepat mungkin.

"Salah satu prinsip investasi adalah waktu yang tepat untuk mulai berinvestasi adalah kemarin. Bila kemarin kita belum berinvestasi, maka waktu yang tepat adalah hari ini. Maka bila ingin invest di emas maka sebaiknya mulai dari ini di harga berapapun, dan memproyeksikannya sebagai investasi jangka menengah-panjang," ujarnya.

Meski begitu, porsi emas dalam portofolio keuangan tetap perlu disesuaikan dengan profil risiko masing-masing individu.

Untuk investor dengan profil konservatif atau moderat, Andi menyebutkan porsi investasi emas bisa mencapai 50 persen. Sementara bagi yang agresif, 20 persen sudah dianggap ideal.

Dari segi jangka waktu, menurut dia, emas lebih cocok digunakan sebagai instrumen investasi jangka menengah hingga panjang.

"Logam mulia idealnya sebagai investasi jangka menengah-panjang yaitu minimal tiga tahun. Namun bila ingin sebagai investasi jangka pendek apalagi di masa harga emas terus naik seperti sekarang, bila ingin dapat untung yang penting pastikan harga buyback-nya sudah lebih tinggi daripada harga kita beli dulu," jelas Andi.

Mengenai bentuk emas yang paling tepat untuk investasi jangka panjang, Andi menegaskan emas batangan adalah pilihan utama.

"Sebagai aset investasi yang paling tepat adalah emas dalam bentuk batangan," terangnya.

Alasannya, emas batangan memiliki potensi harga jual lebih tinggi dibandingkan emas perhiasan. Namun, ia mengingatkan tentu ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis.

"Emas batangan: kelebihannya harga jual dapat lebih tinggi daripada emas dalam bentuk perhiasan. Kekurangannya tidak bisa dijadikan perhiasan. Emas perhiasan: kelebihannya bisa dijadikan perhiasan. Kekurangannya bila dijual kembali harganya berpotensi lebih rendah dibandingkan dengan emas batangan," jelas Andi.

Selain emas, Andi juga menyebut beberapa instrumen lain yang bisa dipertimbangkan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

"Kalau logam mulia alternatif lainnya adalah perak. Selain itu bisa invest di Surat Berharga Negara (SBN) seperti (Obligasi Negara Ritel) ORI atau Sukuk ritel. Alternatif lain adalah reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap," sarannya.

Sementara itu, perencana keuangan OneShildt Budi Rahardjo mengingatkan agar masyarakat tidak terbawa euforia akibat lonjakan harga emas yang cepat. Ia menekankan pentingnya pendekatan rasional dan berorientasi jangka panjang dalam berinvestasi.

"Kenaikan harga emas yang sangat cepat akhir-akhir ini tentunya sangat memancing euforia masyarakat. Apalagi emas dianggap sebagai instrumen investasi terpercaya sejak dulu bahkan sebelum berbagai investasi lainnya dikenal sebagai sarana untuk menyimpan kekayaan," katanya.

Meski emas memang terbukti menarik dalam jangka panjang, Budi mengingatkan instrumen ini tetap akan mengalami gejolak dalam jangka pendek.

"Namun jangan lupa bahwa sebagai instrumen investasi, emas memiliki karakteristik yang serupa dengan instrumen investasi lainnya yaitu adanya gejolak jangka pendek. Artinya kenaikan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir ini dapat juga diikuti dengan aksi profit taking (ambil untung) yang dapat menekan harga emas. Maka disini sebaiknya masyarakat juga jangan terjebak FOMO," imbuhnya.

Budi menggarisbawahi beberapa prinsip yang perlu diperhatikan investor.

Pertama, pastikan tujuan dan jangka waktu investasi sudah jelas. Idealnya emas digunakan untuk tujuan jangka panjang, di atas tujuh hingga 10 tahun.

Kedua, pastikan dana yang digunakan bukan dana konsumsi atau pinjaman.

"Pastikan bahwa investasi itu bukan untuk keuntungan dalam waktu singkat tapi untuk jangka waktu panjang, misalnya di atas tujuh hingga 10 tahun. Kedua adalah sumber dana investasi bukan dana belanja rumah tangga atau bahkan dana pinjaman dengan harapan bahwa kenaikan harga emas dapat menutupi nilai cicilan berikut bunganya," jelasnya.

Ketiga, diversifikasi portofolio tetap harus dilakukan, agar tidak seluruh kekayaan tersentralisasi di satu instrumen saja.

Keempat, belilah emas secara rutin dalam jangka panjang agar mendapat rata-rata harga dari fluktuasi yang terjadi.

"Kelima adalah beli dari tempat yang dipercaya dan berizin resmi. Pastinya emas membutuhkan tempat penyimpanan yang baik. Maka pastikan kita juga memiliki tempat penyimpanan yang aman dari risiko pencurian kecuali apabila pilihan kita adalah emas digital," tambahnya.

Terakhir, Budi menegaskan bentuk terbaik untuk investasi adalah emas batangan.

"Pilihan bentuk emas terbaik sebagai instrumen investasi adalah bentuk emas batangan dibandingkan dengan emas perhiasan karena tidak memiliki ongkos biaya pembuatan, merek dan estetik saat beli yang menggerus harganya apabila dijual kemudian hari," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

(sfr)

Read Entire Article
| | | |