CNN Indonesia
Jumat, 18 Jul 2025 01:15 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah momen langka terjadi ketika pemerintah Israel menyampaikan permintaan maaf setelah militer mereka membom satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza, Palestina, Kamis (17/7).
Kementerian Luar Negeri Israel, dalam sebuah cuitan di X, menyampaikan permohonan maaf terkait serangan terhadap gereja yang menewaskan sedikitnya tiga orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Israel menyampaikan dukacita yang mendalam atas kerusakan yang terjadi pada Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza dan atas korban sipil yang mungkin terjadi," demikian pernyataan Kemenlu Israel di X, melansir Aljazeera, Kamis (17/7).
Kementerian tersebut mengklaim bahwa Israel tidak pernah menargetkan gereja atau situs keagamaan. Kendati begitu, pada kenyataannya, militer Zionis telah menyerang puluhan masjid dan gereja sejak agresi mereka di Jalur Gaza.
Bulan lalu, laporan komisi independen PBB menyatakan bahwa Israel telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa 'pembasmian' dengan menyerang warga Palestina yang berlindung di situs keagamaan dan sekolah di Gaza.
Laporan Komisi Penyelidikan Internasional PBB tentang Wilayah Palestina yang Diduduki, termasuk Yerusalem Timur dan Israel, menyatakan bahwa Israel telah menghancurkan lebih dari setengah dari semua situs keagamaan dan budaya di wilayah tersebut, serta lebih dari 90 persen bangunan sekolah dan universitas di Gaza.
Pemimpin gereja Katolik di dunia sekaligus kepala negara Vatikan Paus Leo XIV turut buka suara soal insiden tersebut. Paus menyampaikan duka cita mendalam atas tewasnya para korban dalam serangan brutal itu.
Paus lantas memanjatkan doa bagi mereka yang terluka dan menyerahkan jiwa yang meninggal ke rahmat Tuhan.
"Kita berdoa untuk jiwa yang tenang dan untuk berakhirnya perang biadab ini. Tak ada yang bisa membenarkan menargetkan warga sipil tak berdosa," demikian pernyataan resmi Paus, dikutip AFP.
Sementara itu, militer Israel mengaku sedang menyelidiki insiden tersebut. Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan di X menyatakan bahwa hasil penyelidikan akan dipublikasikan.
(dmi/dmi)