Patung keramik Ushabti yang ditemukan di puing--puing Kota Imet di Delta Sungai Nil. (Foto: Universitas Manchester)
JAKARTA - Para arkeolog telah menemukan kota Mesir yang telah lama hilang dan berusia 2.500 tahun. Situs yang diduga sebagai Kota Imet ini terletak sekira 10 km di selatan Tanis, di Delta Sungai Nil, Mesir.
Menurut para peneliti, Kota Imet pernah menjadi pusat kegiatan keagamaan dan ekonomi Mesir yang ramai pada abad keempat SM. Namun, kota itu kemudian menghilang dari catatan sejarah hingga akhirnya ditemukan kembali baru-baru ini.
Dipenuhi Menara dan Bangunan Bertingkat
Penggalian di lokasi tersebut kini telah mengungkap sisa-sisa lumbung padi, kandang hewan, dan bangunan upacara yang digunakan untuk memuja dewi berkepala ular kobra Wadjet. Para arkeolog bahkan menemukan 'rumah menara' bertingkat yang dibangun untuk menampung populasi kota yang berkembang pesat.
“Rumah menara ini sebagian besar ditemukan di Delta Nil antara Periode Akhir dan era Romawi, dan jarang ditemukan di tempat lain di Mesir,” kata Dr. Nicky Nielsen, seorang arkeolog dari Universitas Manchester yang memimpin penggalian tersebut, sebagaimana dilansir Daily Mail.
“Keberadaan mereka di sini menunjukkan bahwa Imet adalah kota yang berkembang pesat dan dibangun dengan padat dengan infrastruktur perkotaan yang kompleks.”
Bekerja sama dengan Universitas Sadat City, para peneliti pertama kali menemukan reruntuhan tersebut melalui teknologi penginderaan jarak jauh. Dengan mempelajari citra satelit definisi tinggi, Dr. Nielsen dan rekan-rekannya mengidentifikasi gugusan bangunan bata lumpur kuno yang membentuk kota yang hilang tersebut.
Kota Perekonomian dan Keagamaan yang Ramai
Para arkeolog meyakini bahwa Imet telah dihuni setidaknya sejak 1550 SM, selama Dinasti ke-18 Mesir, dan merupakan ibu kota distrik administratifnya, yang disebut Nome.
Menurut penggalian terbaru ini, Imet mencapai puncaknya selama periode akhir Mesir sekitar abad keempat SM. Ini adalah periode terakhir pemerintahan Mesir dan puncak dinasti Ptolemeus sebelum Alexander Agung menaklukkan wilayah tersebut pada 332 SM.