Jakarta, CNN Indonesia --
PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 12,6 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp2,2 triliun pada semester I 2025.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap menyebut kinerja ini tak lepas dari penurunan penjualan, khususnya di segmen perawatan rumah dan tubuh (home and personal care), meskipun ada perbaikan dari sisi margin dan efisiensi biaya.
"Penurunan ini utamanya karena volume penjualan yang menurun, terutama di segmen perawatan rumah dan pribadi," ujar Benjie dalam paparan kinerja semester I-2025, Kamis (31/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, kami juga mencatat adanya pemulihan signifikan dibanding paruh kedua 2024, yang saat itu laba bersih kami hanya Rp902 miliar," tambahnya.
Pada periode Januari-Juni 2025, penjualan bersih Unilever Indonesia mencapai Rp18,2 triliun, turun 4,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Penjualan domestik menyusut 4,8 persen, meskipun ekspor tumbuh 2,1 persen. Margin kotor (gross margin) perusahaan juga turun menjadi 48,1 persen dari sebelumnya 49,7 persen.
Di sisi lain, perusahaan berhasil menekan biaya secara signifikan di tengah tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah. Biaya umum dan administrasi turun 23,3 persen dibandingkan tahun lalu, sementara biaya penjualan dan pemasaran (di luar iklan dan promosi) turun 9,9 persen.
"Kami menghadapi tekanan dari inflasi dan volatilitas kurs, terutama pelemahan rupiah terhadap dolar AS, yang meningkatkan beban biaya produksi," kata Benjie.
"Untuk itu, kami melakukan langkah-langkah efisiensi di seluruh lini operasional, termasuk rantai pasok dan distribusi," tutur dia.
Unilever juga mencatat adanya tanda-tanda pemulihan pangsa pasar dalam tiga bulan terakhir. Nilai pangsa pasar perusahaan di kuartal II 2025 tercatat stabil di 33,1 persen, sementara volume pangsa pasar berada di 27,3 persen.
Seiring prospek yang membaik, perusahaan mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai maksimal Rp2 triliun. Aksi korporasi ini akan berlangsung mulai 31 Juli hingga 30 Oktober 2025, dan dilakukan baik di dalam maupun di luar bursa.
"Langkah ini mencerminkan keyakinan kami terhadap prospek bisnis ke depan dan merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memberikan nilai tambah kepada pemegang saham," kata Benjie.
Perseroan juga menyebut 14 persen dari merek-merek yang dimiliki, yang mewakili 55 persen dari total bisnis, telah mencatatkan kinerja positif pada paruh pertama tahun ini. Benjie menyebut hal ini sebagai hasil dari inovasi produk, penguatan merek, dan perbaikan distribusi yang terus dilakukan.
(del/pta)