Jakarta, CNN Indonesia --
Pemahaman tentang beda gatal biasa dan gatal diabetes sangatlah penting untuk mengenali masalah kesehatan yang lebih serius. Pasalnya, banyak orang menganggap rasa gatal sebagai keluhan ringan yang bisa hilang dengan sendirinya.
Padahal, beberapa kondisi medis dapat membuat gatal menjadi tanda awal gangguan yang lebih mendalam. Dengan memahami faktor penyebabnya, Anda bisa lebih waspada terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beda gatal biasa dan gatal diabetes
Melansir Medical News Today, gatal biasa umumnya muncul karena faktor eksternal seperti kulit kering, iritasi ringan, hingga reaksi alergi yang tidak berbahaya. Kondisi ini biasanya dapat mereda dengan perawatan sederhana seperti penggunaan pelembap atau menghindari pemicu alergi.
Sementara pada penderita diabetes, rasa gatal sering kali berkaitan dengan mekanisme internal tubuh yang lebih kompleks dan tidak sekadar dipicu oleh masalah kulit di permukaan.
Pasalnya, kadar gula darah yang tinggi dapat memengaruhi fungsi saraf serta sirkulasi darah sehingga memicu gatal yang sulit hilang.
Salah satu penyebab paling umum adalah neuropati atau kerusakan saraf, terutama neuropati perifer yang berkembang ketika serabut saraf di kaki dan tangan mulai terganggu.
Ketika saraf tidak lagi dapat mengirim sinyal dengan benar, kulit bisa menimbulkan sensasi gatal yang lebih intens dan bertahan lebih lama.
Selain itu, peningkatan kadar sitokin (zat inflamasi yang beredar di tubuh akibat tingginya gula darah), juga dapat menjadi pemicu. Sitokin ini dapat mengiritasi lapisan luar kulit dan menimbulkan gatal meskipun belum terjadi kerusakan saraf yang signifikan.
Seiring waktu, tingginya peradangan ini juga dapat berkontribusi pada risiko terjadinya kerusakan saraf jangka panjang, sehingga gatal menjadi salah satu tanda awal yang tidak boleh diabaikan.
Cara meredakan gatal
Untuk gatal biasa, langkah perawatan sederhana umumnya sudah cukup membantu meredakan keluhan. Menggunakan pelembap secara rutin, memilih sabun yang lembut, serta menghindari pemicu alergi dapat membuat kulit kembali nyaman.
Namun, jika gatal disebabkan oleh iritasi, kompres dingin atau salep antiinflamasi ringan biasanya dapat memberikan efek menenangkan.
Pada penderita diabetes, perawatan perlu dilakukan dengan lebih hati-hati karena penyebab gatal sering berkaitan dengan kondisi internal tubuh. Menjaga kadar gula darah tetap stabil menjadi langkah paling penting agar peradangan dan kerusakan saraf tidak semakin memburuk.
Selain itu, penggunaan pelembap bebas pewangi, menjaga kebersihan kulit, dan menghindari garukan berlebihan dapat membantu mencegah iritasi tambahan.
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai
Selain itu, penderita diabetes lebih rentan mengalami gangguan kulit seperti infeksi jamur candida albicans yang memicu kemerahan, rasa panas, hingga lepuh kecil di area lipatan tubuh.
Kondisi lain seperti necrobiosis lipoidica diabeticorum maupun eruptive xanthomatosis juga dapat muncul dan menimbulkan gatal serta perubahan warna kulit yang tidak biasa.
Karena berbagai kondisi ini dapat berkembang secara perlahan, penting untuk memantau setiap perubahan kecil pada kulit.
Apabila rasa gatal yang tidak membaik setelah perawatan mandiri, disertai luka sulit sembuh, atau munculnya bercak baru perlu segera diperiksakan ke dokter.
Pasalnya, pada penderita diabetes, gatal yang disertai kesemutan, mati rasa, atau sensasi panas dapat menandakan awal neuropati yang membutuhkan evaluasi lebih mendalam.
Demikian ulasan lengkap mengenai beda gatal biasa dan gatal diabetes. Semoga dapat membantumu mengenali tanda-tanda awal yang muncul pada kulit dan memahami kapan perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
(han/tis)
















































