Jakarta, CNN Indonesia --
Dokter residen anestesi PPDS FK Unpad Priguna Anugerah Pratama diduga memiliki fetish orang pingsan.
Hal tersebut didapat berdasarkan keterangan Priguna saat diperiksa penyidik polisi terkait kasus pemerkosaan kerabat pasien.
"Itu diakui sendiri oleh tersangka," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat Kombes Surawan saat dihubungi, Kamis (10/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Priguna, kata dia, mengaku memiliki fetish ketertarikan terhadap wanita yang tak sadarkan diri atau pingsan.
Mengutip WebMD, fetish adalah gairah seksual sebagai respons terhadap objek atau bagian tubuh yang biasanya tidak bersifat seksual, seperti sepatu atau kaki. Fetish lebih umum dimiliki oleh pria.
Saat memiliki fetish, seseorang harus memiliki objek yang menjadi daya tariknya agar dapat terangsang secara seksual.
Ada banyak hal yang bisa menjadi fetish. Sebut saja sepatu, kaki, tubuh obesitas, hingga kondisi pingsan seperti yang diduga dimiliki Priguna.
Tak diketahui dengan pasti apa yang membuat seseorang memiliki fetish. Para ahli perilaku seksual sepakat, untuk mengetahui penyebabnya, perlu dilacak kembali ke masa kanak-kanak.
"Fetish juga dapat muncul akibat perilaku seksual yang tidak pantas selama masa kanak-kanak atau akibat pelecehan seksual," ujar psikiater Kenneth Rosenberg.
Namun, fetish tak termasuk ke dalam golongan gangguan psikologis. Hanya saja, fetish bisa mengarah ke gangguan psikologis jika memicu masalah yang intens dan berkepanjangan.
"Entah seseorang melakukan ini sendiri atau bersama pasangan, jika mereka senang melakukannya, maka itu bukan masalah," tambahnya.
Selain itu, faktor kepribadian juga mungkin berperan dalam memicu fetish. Mengutip Healthline, survei tahun 2014 yang diterbitkan dalam Candian Journal og Human Sexuality menemukan, orang yang mempraktikkan BDSM lebih menyukai peran yang mendominasi.
Kaum dominan memperoleh skor yang jauh lebih tinggi daripada kaum submisif dalam hal keinginan untuk mengendalikan, ekstroversi, harga diri, dan kepuasan hidup.
Sementara itu, kaum submisif memperoleh skor yang jauh lebih tinggi daripada kaum dominan dalam hal emosionalitas.
(asr/asr)