Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah cara pernah dilakukan Korea Selatan hingga akhirnya bisa menjelma menjadi salah satu negara dengan pengaruh perfilman yang kuat di dunia, yang mungkin bisa ditiru oleh berbagai negara termasuk Indonesia.
Program Director for International Film di Busan Cinema Center, Chun Hye-Jin mengatakan bahwa capaian Korea Selatan di dunia film saat ini bermula dari keberpihakan negara dengan konten lokalnya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara diskusi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bertajuk Frame of Influence: Understanding the Korean Wave in Indonesia's Film Landscape, Selasa (2/12), Chun menyebut hal pertama yang dilakukan Korea Selatan dulu kala adalah penerapan sistem kuota layar atau screen quota system terhadap film lokal.
Chun menjelaskan pada 1996, aturan itu mewajibkan film-film Korea Selatan tayang selama 146 hari dalam setahun, atau sebesar 40 persen setahun. Akan tetapi pada 2006 turun menjadi 73 hari per tahun.
"Itu mungkin bisa dimulai dari ada seperti tadi yang sudah disebutkan screen quota system, kemudian ada juga dukungan dari pemerintah-pemerintahnya sendiri," kata Chun.
Dalam diskusi yang jadi bagian dari Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea oleh FPCI dan Korea Foundation itu, Chun mengatakan saat ini Korea Selatan sudah menjadi pengekspor film. Padahal pada dekade '90-an, pasar film negara itu masih didominasi film Hollywood.
Infografis 100 Tahun Jatuh-Bangun Film Korea. (CNN Indonesia/Fajrian)
"Terjadi pertumbuhan eksponensial berkat pengenalan sistem kuota layar, lonjakan modal swasta, dan pembentukan ekosistem kreatif yang berpusat pada sutradara. Sejak 2002, pangsa pasar film lokal selalu melebihi 50 persen," ucapnya.
Selain itu, Chun menyebut promosi film juga bisa dilakukan dengan menggelar festival film. Ia mencontohkan sebagaimana yang digelar di Korea sebagai ajang promosi film mereka yakni, Festival Film Internasional Busan.
"Nah itu salah satu caranya bisa lewat dengan film festival dan kalau dalam film festival itu kan kita tidak perlu mikirin selera masyarakat seperti apa. Jadi dari skala kecil dulu lewat film festival itu nantinya akan banyak bisa melahirkan filmmaker baru," kata Chun.
Terakhir, Chun menyampaikan pentingnya peran setiap pihak-pihak terkait dalam mendukung industri perfilman dalam negeri.
Ia menjelaskan dari segi pemerintahan, saat ini Korea Selatan memiliki dua badan yang membawahi urusan tersebut. Pertama, Korea Creative Content Agency (KOCCA) dan Korean Film Council (KOFIC).
Tak hanya itu, ia menyebut bahwa peran sektor swasta juga penting dalam memajukan industri film dalam negeri. Chun menyebut di balik kesuksesan film-film Korea seperti Squid Game dan Parasite juga banyak mendapatkan dukungan dari perusahaan-perusahaan besar Korea.
"Film-film yang sukses masuk OTT; Squid Game, Parasite, itu lebih banyak menerima dukungan dari perusahaan besar, support yang diberikan seperti fee promotion, uang untuk promosi dari film-film tersebut," kata Chun.
"Jadi bagaimana sampai bisa menang Piala Oscar itu sebenarnya faktor dari banyak pihak? tidak hanya satu atau dua pihak saja," lanjutnya.
Lanjut ke sebelah...














































