CNN Indonesia
Sabtu, 19 Apr 2025 08:45 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat akan menarik diri dari negosiasi jika tak ada kemajuan cepat dari Rusia dan Ukraina menyoal upaya gencatan senjata untuk menghentikan perang.
Trump telah mendesak kedua pihak gencatan senjata tetapi gagal mendapat konsesi dari Rusia meski sudah berbicara dengan Presiden Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memperingatkan keputusan untuk menghentikan perundingan bisa saja diambil "sesegera" mungkin.
"Tak ada jumlah hari yang pasti, tetapi cepat. Kami ingin menyelesaikan," ungkap Trump.
Presiden AS itu enggan menyalahkan Putin atau Zelensky atas negosiasi yang nyaris mandeg. Dia hanya menekankan kedua pihak harus membuat kemajuan.
"Jika karena alasan tertentu salah satu pihak dari keduanya mempersulit keadaan, kami akan bilang: Kalian bodoh. Kalian bodoh sekali. Kalian orang mengerikan dan kami akan bersikap bodoh amat," kata Trump pada Kamis (17/4), dikutip dari AFP.
Dia lalu berujar, "Tapi kami berharap tak melakukan itu."
Sejak kampanye pemilihan presiden tahun lalu, Trump berulang kali sesumbar akan menyelesaikan perang Rusia-Ukraina dalam waktu 24 jam. Namun, empat bulan usai resmi dilantik gencatan senjata belum tercapai.
Rusia dan Ukraina sebetulnya sempat mencapai kesepakatan yakni moratorium sementara terhadap serangan infrastruktur energi Ukraina.
Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut kesepakatan itu berakhir pada hari ini. Rusia belakangan terus melancarkan serangan ke Ukraina. Gempuran terbaru menyasar Kharkiv serta Sumy dan menyebabkan dua orang meninggal.
Pernyataan Trump berbeda dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio yang menyebut Washington perlu segera mencari tahu apakah gencatan senjata bisa dilakukan dalam jangka pendek.
"Karena kalau tidak, maka saya rasa kami akan terus maju," kata dia ke awak media saat di Prancis.
Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Hari-hari setelah itu, pertempuran terus terjadi, korban tewas di kedua pihak terus bertambah, dan ribuan orang mengungsi.
Komunitas internasional berulang kali menyerukan gencatan senjata permanen. Beberapa juga mengajukan proposal perdamaian. Namun, tak ada satupun proposal yang diterima Rusia dan Ukraina.
(isa/end)