Jakarta, CNN Indonesia --
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi telah resmi mengirim puluhan siswa terlibat kenakalan di Kota Bandung dan Kabupaten Purwakarta ke barak militer, Jumat (2/4) kemarin. Mereka akan mengikuti sejumlah kegiatan selama tinggal di markas militer daerah masing-masing.
Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Deden Saepul Hidayat mengatakan para siswa yang tinggal di barak militer wajib menjalani setiap agenda yang dibuat kesatuan TNI.
"Mereka belajar dari bangun pagi, ibadah, khusus Islam ibadah salat, ngaji, kemudian olahraga, makannya diatur, izinnya ditentukan, kemudian setelah itu ada kegiatan-kegiatan bela negara, kedisiplinan, baris-berbaris misalnya," kata saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (3/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deden mengatakan para siswa juga memiliki kegiatan pada sore hingga malam hari. Menurutnya, pendidikan akademik bisa diberikan sore hari, sementara pada malamnya ada materi dari anggota TNI.
"Kemudian bisa juga sore itu mulai dengan belajar akademik, yang kita siapkan modul atau gurunya. Malam hari juga mungkin ada sedikit pemateri, dan mereka harapkan tidur itu lebih cepat. Dan ini sesuai dengan tujuh kegiatan yang dilampirkan oleh Pak Menteri Kemendik, yang itu juga dilakukan di sana," katanya.
Deden mengaku memiliki beberapa opsi dalam pemberian materi akademik bagi para siswa. Seperti mendatangkan guru ke barak atau siswa diikutkan belajar pada sekolah terdekat.
"Ya, kita bisa mendatangkan guru ke barak, kita petakan. Atau misalnya kalau di Barak itu nanti kita sekali-kali bawa ke sekolah, sekolah terdekat," katanya.
Deden menyebut para siswa nakal ini fokus pada kedisiplinan yang diberikan oleh anggota TNI.
"Tadi kan untuk kedisiplinan, bentuk karakter, ya itu dari TNI yang sudah disiapkan dulu. Akademiknya bisa bantu kalau ada dari TNI yang mampu memiliki kualifikasi kompetensi yang kita berikan," ujarnya.
Deden mengatakan pihaknya juga menyiapkan modul untuk mekanisme pembelajaran untuk para siswa. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan pembelajaran dapat dilakukan tanpa tatap muka.
"Itu kan tidak mesti harus tata buka secara ini ya. Belajar itu bisa mandiri, belajar bisa dilakukan secara individu. Kita siapkan materi, kita siapkan programnya," katanya.
Syarat mendaftar siswa nakal ke barak
Terkait penerimaan siswa yang diikutkan dalam program ini, ada beberapa cara. Pertama laporan pihak sekolah, kemudian laporan catatan kepolisian dan didaftarkan langsung olehorang tua siswa.
"Pertama, dari sekolah dulu, sekolah. Yang kedua, kita juga mempunyai data dari Polres, Polsek, misalkan kan gitu ya, ada anak-anak yang keluyur apa, yang tawuran malam-malam dapat, nah itu berarti kan laporan dari Polres," ujarnya.
"Atau mungkin juga ada orang tua yang secara sukarela menyerahkan anaknya, karena memang sudah tidak bisa ditangani secara khusus oleh orang tuanya," kata Deden.
Deden mengklaim para siswa yang mengikuti pendidikan di barak militer memerlukan pelayanan khusus.
"Mungkin penyimpanan perilaku, penyimpangan sosial, penyimpanan emosi. Itu bagian yang memang kita ingin aturkan. Contoh misalnya anak itu main sampai jam 12 malam, motor-motoran, kemudian dari situ dia mengganggu jam belajarnya, sehingga dia tidak masuk sekolah setelah beberapa bulan dan sebagainya," katanya.
Deden membantah program ini sebagai wajib militer, melainkan Pendidikan Gerbang Panca Waluya. Materi lebih mengedepankan pada aspek-aspek pendidikan karakter, karakter dan kedisiplinan.
"Pak Gubernur di berbagai kesempatan selalu menyampaikan bahwa anak-anak kita kan sekarang sudah banyak yang susah dikendalikan oleh orang tuanya, susah dikendalikan oleh gurunya, mengganggu keamanan, walaupun dalam konteks jarum aja tetap saja kan itu mengganggu keamanan. Karena yang seperti itulah yang akan kita masukkan di program layanan khusus tadi," ujarnya.
(fra/csr/fra)