CNN Indonesia
Jumat, 16 Mei 2025 17:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) telah terjadi di berbagai sektor industri, termasuk otomotif secara global. Namun di Indonesia belum sampai separah itu menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
PHK massal, seperti bakal dilakukan salah satu produsen otomotif global Nissan Motor Co terhadap 20 ribu pekerjanya imbas kerugian bisnis, menjadi kekhawatiran banyak pihak, termasuk di dalam negeri.
Terlebih karena industri otomotif di Tanah Air sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja akibat lemahnya daya beli yang berpengaruh terhadap anjloknya penjualan produk otomotif baik mobil maupun sepeda motor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun begitu Gaikindo yang membawahi puluhan produsen kendaraan roda empat dan lebih ini menegaskan PHK di sektor otomotif Indonesia imbas perlambatan ekonomi dan daya beli belum terjadi. Sebagian besar produsen saat ini disebut hanya mengurangi jam operasional pekerja sebagai upaya penyesuaian produksi.
"Sampai laporan kemarin kami baru rapat juga. Yang ada mungkin mengurangi jam kerja yang tadinya tiga shift jadi dua shift. Tapi kalau PHK saya belum dengar," kata Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi saat dihubungi, Kamis (15/5).
Gaikindo dalam datanya melaporkan pasar mobil Indonesia terjun bebas pada April 2025 dengan penurunan nyaris 30 persen dibanding bulan sebelumnya. Selama April, wholesales atau pengiriman mobil dari pabrik ke dealer berhenti pada angka 51.205 unit.
Sementara retail, atau penjualan dari dealer ke konsumen, surut 25,5 persen pada periode yang sama dari 76.582 unit menjadi 57.031 unit.
Menurut Nangoi walau penjualan surut ke level 50 ribu, kondisi tersebut hanya bersifat sementara. Ia meyakini pasar segera membaik sehingga penjualan kembali meningkat di kisaran 70 ribu - 75 ribuan unit sebulan.
Nangoi mengatakan para pekerja dalam industri otomotif nasional tetap aman tanpa terkena PHK.
"Enggak ya jadi ini masih oke (tidak berpotensi PHK). Saya rasa kalau penjualan disekitar 70 ribuan itu masih aman," ucap dia.
Nangoi menambahkan perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini tidak akan berdampak pada iklim investasi dalam negeri.
"Yang namanya otomotif itu adalah investasi jangka panjang. Kecuali mereka tidak percaya lagi kalau mobil diperlukan di masa depan. Jadi yakin ini cuma badai sesaat, saat Covid aja itu lebih berat. Kita sama sekali enggak ada aktivitas tapi tetap jalan. Ini tidak akan lama, kami selalu optimistis," kata Nangoi.
(ryh/fea)