Jakarta, CNN Indonesia --
BYD Motor Indonesia mengindikasikan harga model mobil listrik yang mereka produksi di dalam negeri tak akan lebih murah dari versi CBU alias impor utuh. Semua model BYD di Indonesia saat ini diimpor dari China, sementara produksi lokal akan dimulai 2026.
BYD menegaskan skema insentif dan kebijakan fiskal yang mereka dapat dari pemerintah memang dirancang agar harga mobil stabil, baik sebelum mau pun sesudah proses produksi dalam negeri dimulai.
Oleh sebab itu penetapan harga semua mobil CBU BYD yang dijual di Indonesia saat ini sudah disesuaikan seperti telah diproduksi di dalam negari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Struktur insentif dan tax policy yang kami lakukan saat ini itu membuat harga sebelum dan saat manufaktur itu sama," ujar Luther T Panjaitan, Head of Marketing PR and Government Relation BYD Motor Indonesia, di Jakarta, Rabu (16/7).
Strategi ini dirasa Luther penting untuk menjaga kepercayaan konsumen di pasar otomotif nasional. Selain itu perusahaanya tak ingin memunculkan kesan membeli mobil saat masih impor terasa lebih mahal dibanding rakitan lokal.
"Itu penting karena untuk membuat confidence level di market. Artinya, misalnya beli mobil mahal karena ini impor, ya kalau sudah jadi pabrik lebih murah. Itu justru fiskal policy yang ada membuat kondisi sebelum dan sesudah tidak ada perbedaan," kata Luther.
BYD sekarang menawarkan beragam mobil listrik CBU mulai Dolphin yang harganya Rp369 juta dan Rp429 juta, M6 Rp383 juta-Rp433 juta dan Atto 3 Rp390 juta dan Rp520 juta.
Kemudian Seal Rp639 juta dan Rp750 juta, sedangkan model paling baru Sealion 7 dilego Rp629 juta dan Rp719 juta.
Selain itu pabrikan asal China tersebut juga sudah merilis merek baru untuk segmen premium yaitu Denza dengan produk awal D9 dengan harga Rp950 juta.
BYD sendiri sebelumnya telah memastikan bakal memulai produksi di Indonesia pada 2026 di pabrik anyar yang kini masih dalam tahap pembangunan di Subang, Jawa Barat.
Merek lain banting harga
Berbeda dari BYD, merek China lain justru menurunkan harga usai melakukan perakitan lokal. Penurunan harga nilainya juga tak main-main, tembus ratusan juta.
Misalnya Baic yang memangkas harga BJ40 Plus dari Rp790 jutaan menjadi Rp698 jutaan atau turun Rp92 jutaan. Penurunan harga dilakukan setelah model ini dirakit lokal di Indonesia.
Meski begitu, mobil ini mengalami peningkatan, terutama penambahan fitur.
Lalu Neta yang memangkas harga V dari sebelumnya Rp379 juta menjadi Rp317 juta, namun kini kembali diturunkan menjadi Rp299 juta setelah perusahaan meluncurkan V-II sebagai model terbaru. Perusahaan beralasan harga dibuat lebih terjangkau akibat model itu telah dirakit lokal meski produk telah mengalami update.
Berikutnya ada MG Motors yang merevisi harga MG4. Saat masih berstatus CBU Thailand, mobil ini dilego Rp640 juta, tapi tak lama kemudian turun menjadi Rp433 juta usai dirakit lokal di Indonesia.
Tak sampai di situ, perusahaan kembali memangkas harga jual menjadi Rp423 juta, dan berakhir di Rp395 jutaan. Sejak peluncuran perdana, revisi harga mobil listrik berbasis baterai MG nyaris Rp250 juta.
(ryh/fea)