KKI Temukan Ganula Masih Beredar: Harusnya Sudah Ditarik

6 hours ago 3

AMDK | CNN Indonesia

Kamis, 03 Jul 2025 15:05 WIB

Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) menemukan 40% galon guna ulang di Indonesia sudah melewati batas aman. Foto: iStockphoto/Edy waluyo Nugroho.

Jakarta, CNN Indonesia --

Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) mengungkapkan temuan investigasinya terkait peredaran galon guna ulang di pasaran. Hasilnya, KKI menemukan hampir 40% galon guna ulang yang beredar di berbagai kota besar Indonesia ternyata sudah melewati batas usia aman pemakaian atau masuk dalam kategori galon lanjut usia (ganula).

Ketua KKI, David Tobing mengatakan, temuan ini didapat KKI dari penelusuran di 31 titik di berbagai kota besar, mulai dari agen distribusi, depot pengisian ulang, truk pengangkut, hingga rumah tangga. Hasilnya ditemukan sebanyak 40 persen galon telah berusia lebih dari satu tahun, bahkan ada yang dua tahun lebih tanpa diganti.

"Ini kondisi yang harus segera ditangani. Kami menyebutnya ganula, singkatan dari galon lanjut usia. Artinya, galon ini seharusnya sudah ditarik dari peredaran karena sudah tidak lagi memenuhi standar keamanan," ujar David dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

David menjelaskan, galon guna ulang umumnya terbuat dari plastik polikarbonat. Idealnya galon guna ulang ini hanya digunakan hingga 40 kali pengisian ulang atau sekitar satu tahun pemakaian.

Lebih dari itu, menurut David, material galon dapat mengalami kerusakan mikro yang memicu pelepasan senyawa kimia berbahaya, yakni Bisphenol A (BPA) ke air yang diminum sehari-hari. BPA dikenal dapat mengganggu sistem hormon dalam tubuh jika terakumulasi dalam jangka panjang.

David menambahkan, penanganan dan distribusi yang sembarangan semakin memperburuk kondisi galon guna ulang ini. Sebanyak 75 persen galon diangkut menggunakan truk bak terbuka, terpapar sinar matahari langsung yang dapat mempercepat kerusakan material.

Di sisi lain, lanjut David, proses pencucian di banyak depot masih menggunakan detergen keras dan sikat kasar, sehingga permukaan dalam galon mudah tergores dan meningkatkan potensi peluruhan BPA ke air minum.

"Masalahnya, BPA tidak menimbulkan sakit mendadak. Kerusakannya perlahan, tapi dampaknya akumulatif," tutur David.
"Kita minum air setiap hari tanpa sadar, padahal risikonya makin besar seiring umur galon. Itulah kenapa kita tidak boleh menggunakan ganula," tambah David.

Di sisi lain, lanjut David, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sekitar 40 persen masyarakat Indonesia atau sekitar 111 juta jiwa mengandalkan air minum kemasan galon sebagai sumber air utama.

Karena itu, melihat kondisi ini, KKI meminta pemerintah segera merumuskan aturan tegas terkait batas usia pemakaian galon guna ulang serta standar penanganan yang aman.

"Air minum yang aman seharusnya tidak membawa risiko tersembunyi bagi kesehatan kita," tegas David.

(ory/ory)

Read Entire Article
| | | |