Penemuan Fosil Semut Neraka Berusia 113 Juta Tahun, Ini Penampakannya

5 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Sekelompok ilmuwan berhasil menemukan sisa-sisa fosil semut tertua yang pernah hidup bersama dinosaurus atau sekitar 113 juta tahun lalu. Simak penampakannya.

Fosil semut tertua itu ditemukan dalam sebuah batu kapur yang terawetkan di timur laut Brazil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Spesies ini disebut Vulcanidris cratensis, bagian dari garis keturunan yang disebut sebagai semut neraka, yang dinamai sesuai dengan rahangnya yang terlihat seperti setan. Semut ini hidup dalam rentang geografis yang luas selama periode kapur, tapi tidak memiliki keturunan yang masih hidup sampai sekarang.

Semut neraka Kapur yang ditemukan sebelumnya diberi nama Haidomyrmex untuk menghormati Hades, dewa Yunani kuno.

Semut ini berukuran dengan panjang sekitar setengah inci (1,35 cm) dan memiliki rahang khusus yang memungkinkannya menjepit atau menusuk mangsanya. Seperti halnya semut-semut saat ini, semut neraka juga memiliki sayap.

Selain itu, semut neraka juga memiliki penyengat yang berkembang baik seperti tawon.

"Ini mungkin akan dikacaukan dengan tawon oleh mata yang tidak terlatih," kata ahli entomologi Anderson Lepeco dari Museum Zoologi Universitas São Paulo, penulis utama studi yang diterbitkan minggu ini di jurnal Current Biology, melansir Reuters.

"Mereka mungkin menggunakan rahang bawah (bagian mulut) untuk menangani mangsanya dengan cara tertentu," kata Lepeco.

Namun begitu, menurut Lepeco, rahang semut neraka bergerak ke atas dan bawah, tidak seperti semut saat ini yang rahangnya bergerak dari sisi ke sisi.

"Saat ini, banyak bentuk rahang bawah yang aneh dapat ditemukan pada semut, tetapi mereka biasanya mengartikulasikan secara horizontal," kata Lepeco.

Hasil studi juga mengungkap bahwa semut ini berusia sekitar 13 juta tahun lebih tua dari semut tertua yang diketahui sebelumnya. Semut sebelumnya adalah spesimen yang ditemukan di Prancis dan Myanmar yang diawetkan dalam ambar, yaitu fosil getah pohon.

Anatomi Vulcanidris terawetkan dengan sangat baik di batu kapur. Fosil ini digali beberapa dekade lalu di zona geologi Crato di negara bagian Ceará, Brasil. Fosil ini disimpan sebagai koleksi pribadi sebelum disumbangkan ke museum São Paulo sekitar lima tahun yang lalu.

"Saya sedang mencari tawon di antara fosil-fosil koleksi dan terkejut ketika saya mengenali fosil ini sebagai kerabat dekat semut neraka yang sebelumnya dideskripsikan dari batu ambar Burma," kata Lepeco.

Sifat khusus dari anatomi Vulcanidris dan fakta bahwa dua semut neraka hidup sangat jauh satu sama lain selama periode Kapur menunjukkan spesies ini sebagai sebuah kelompok telah muncul jutaan tahun sebelum spesies yang baru teridentifikasi ini ada.

"Menurut perkiraan molekuler, semut berasal dari 168 juta hingga 120 juta tahun yang lalu. Temuan baru ini mendukung usia yang lebih awal dalam batas-batas ini," kata Lepeco.

Semut telah berevolusi dari bentuk tawon. Kerabat terdekat mereka yang masih hidup adalah tawon dan lebah.

Vulcanidris mendiami ekosistem yang penuh dengan kehidupan. Fosil-fosil dari wilayah ini menunjukkan bahwa Vulcanidris hidup bersama serangga, laba-laba, kaki seribu, kelabang, berbagai jenis krustasea, penyu, buaya, reptil terbang yang disebut pterosaurus, burung, dan dinosaurus, termasuk pemakan daging berbulu, Ubirajara. Pemangsa semut mungkin termasuk katak, burung, laba-laba, dan serangga yang lebih besar.

Semut telah menjajah hampir semua tempat di Bumi. Sebuah penelitian yang terbut pada 2022 memperkirakan bahwa total populasi mereka mencapai 20 kuadriliun di seluruh dunia, jauh lebih banyak dibanding jumlah manusia yang hanya 8 miliar.

"Mereka adalah salah satu kelompok yang paling melimpah di sebagian besar lingkungan di Bumi. Mereka memainkan banyak peran di mana mereka berada, seperti predasi dan herbivora, mengendalikan populasi organisme lain," kata Lepeco.

"Mereka juga memiliki hubungan khusus dengan tanaman dan serangga tertentu, melindungi mereka dari hewan lain. Semut bawah tanah dan semut serasah membantu kesehatan tanah, dan mereka juga dapat bertindak sebagai pengurai, memakan organisme yang mati," pungkasnya.

(dmi/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |