CNN Indonesia
Minggu, 11 Mei 2025 19:25 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Pesawat atau wahana antariksa milik Uni Soviet jatuh ke Bumi setelah lebih dari 50 tahun terjebak di orbit. Pesawat antariksa ini jatuh di wilayah perairan Indonesia.
Sebuah laporan dari Badan Antariksa Rusia, Roscosmos, mengklaim wahana Kosmos 482 jatuh di perairan Indonesia, tepatnya di Samudera Hindia sebelah barat Jakarta.
Para ahli dari seluruh dunia telah memantau pergerakan Kosmos 482, tetapi orbitnya yang unik, ditambah dengan cuaca antariksa, membuat lokasi pendaratannya sulit diprediksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah pesan di saluran Telegram, Roscosmos mengatakan jatuhnya wahana ini terus dipantau sebagai objek berbahaya di dekat Bumi.
"Turunnya pesawat ruang angkasa itu dipantau oleh sistem peringatan otomatis untuk situasi berbahaya di ruang angkasa dekat Bumi," tulis pesan tersebut, dikutip dari The Age.
"Menurut perhitungan para ahli dari TsNIIMash [bagian dari Roscosmos], pesawat ruang angkasa memasuki lapisan padat atmosfer pada pukul 09.24 waktu Moskow, 560 kilometer di sebelah barat Pulau Andaman Tengah, dan jatuh di Samudra Hindia di sebelah barat Jakarta," lanjutnya.
Wahana antariksa ini diluncurkan pada 1962 untuk mempelajari Venus. Namun, karena kerusakan blok pendorong, wahana ini tetap berada di orbit Bumi dan secara bertahap mendekati planet ini.
Pusat Operasi Pengawasan dan Pelacakan Ruang Angkasa Uni Eropa dan Komando Antariksa AS telah memantau wahana ini selama 53 tahun terperangkap di orbit Bumi.
Pesawat antariksa ini memiliki fisik yang kuat untuk menahan kondisi ekstrem di permukaan Venus, yang memiliki suhu 477 derajat Celcius dan tekanan lebih dari 90 kali lipat dari Bumi.
Departemen yang menangani puing-puing antariksa di Badan Antariksa Eropa (ESA) telah menghitung bahwa pesawat itu akan "jatuh di titik antara 52 derajat utara dan 52 derajat selatan khatulistiwa".
"Karena pesawat yang turun tidak terlihat oleh radar di atas Jerman pada waktu yang diperkirakan 07:32 UTC/09:32 CEST, kemungkinan besar re-entry telah terjadi," tulis ESA dalam pembaruan di blog mereka, Sabtu (10/5).
(lom/wiw)