Toyota Disebut Bakal Akuisisi Neta Auto

3 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Produsen otomotif asal China Neta Auto dikabarkan akan diakuisisi oleh raksasa otomotif Jepang, Toyota. Kabar ini menyusul ancaman kebangkrutan Auto akibat krisis keuangan yang berlangsung mulai 2024 hingga PHK massal.

Dikutip dari Carnewschina.com, Rabu (14/5), berdasarkan laporan Kuai Technology pada 12 Mei, Toyota dilaporkan sedang mengevaluasi akuisisi produsen mobil listrik asal China, Neta Auto.

Toyota disebut akan memanfaatkan jaringan Neta yang di China dan sejumlah negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dibantah Toyota

Toyota China secara tegas membantah spekulasi yang menyebut mereka akan mengambil alih Neta Auto.

"Kami tidak pernah mendengar soal ini dan mohon bantuannya untuk meluruskan rumor tersebut," jelas Kepala Komunikasi Merek Toyota Motor (China) Investment Co., Ltd., Xu Yiming.

Pihak Neta juga membenarkan bahwa kabar tersebut tidak benar. Rumor akuisisi muncul di tengah kondisi sulit yang dialami Neta.

Sejak Maret 2025, sejumlah pemasok datang ke kantor pusat Neta di Shanghai untuk menagih pembayaran. Perusahaan pun menggelar konferensi bersama pemasok guna menyusun skema restrukturisasi utang.

Pada 25 Maret, Neta mengumumkan telah mencapai kesepakatan konversi utang menjadi saham (debt-to-equity swap) senilai lebih dari 2 miliar yuan atau sekitar Rp4,5 triliun dengan 134 pemasok utama. Kesepakatan ini melibatkan nama-nama besar seperti CATL dan Gotion High-Tech.

Pendanaan gagal cair

Di sisi lain, Neta juga tengah berupaya mencari pendanaan tambahan untuk menyelamatkan operasionalnya. Pada 24 Januari 2025, perusahaan menggelar pertemuan pemegang saham guna membahas putaran pendanaan Seri E.

Target dana yang ingin dihimpun berada di kisaran 4 hingga 4,5 miliar yuan (Rp9,1-Rp10,2 triliun), dengan investor utama dijanjikan menyetor sekitar 3 miliar yuan (Rp6,8 triliun).

Dana tersebut rencananya masuk pada April 2025 setelah persoalan utang terselesaikan, guna menghidupkan kembali produksi dan mendanai pengembangan produk. Namun, hingga pertengahan Mei 2025, dana itu belum juga diterima.

Kasus kebangkrutan terdaftar di pengadilan

Pada Selasa (13/5) kemarin, platform informasi kebangkrutan nasional Tiongkok mencatat bahwa induk perusahaan Neta, yakni Hozon New Energy Automobile Co., Ltd., kini menghadapi proses peninjauan kebangkrutan. Kasus ini diajukan oleh Shanghai Yuxing Advertising Co., Ltd. dan tengah ditangani oleh Pengadilan Rakyat Tingkat Menengah Kota Jiaxing, Provinsi Zhejiang.

Dalam sistem hukum kebangkrutan di Tiongkok, pengajuan likuidasi oleh kreditur akan ditindaklanjuti dengan pemberitahuan resmi dari pengadilan kepada perusahaan dalam waktu lima hari. Pihak debitur kemudian punya waktu tujuh hari untuk menyampaikan keberatan.

Jika reorganisasi disetujui, debitur atau administrator yang ditunjuk wajib mengajukan rancangan restrukturisasi dalam waktu enam bulan.

Beban utang dan gejala keruntuhan

Neta Auto dikabarkan memiliki total utang sekitar 10 miliar yuan atau Rp22,7 triliun. Tanda-tanda krisis telah muncul sejak November 2024 ketika perusahaan menghentikan produksi, melakukan PHK massal, hingga memangkas gaji pegawai.

Meski sang pendiri Fang Yuzhou sempat mengklaim perusahaannya hampir pulih, pemutusan hubungan kerja tetap berlanjut. Tak tanggung-tanggung, PHK berlaku hingga ke seluruh divisi riset dan pengembangan.

Bulan lalu, Neta meneken kesepakatan dengan 134 pemasok untuk mengonversi 70 persen utang menjadi saham di induk perusahaan Hozon Auto, sedangkan sisa 30 persen akan dibayar dalam kurun 15 bulan mulai Mei ini. Hingga kini, Neta masih tercatat menanggung utang sebesar 6 miliar yuan atau sekitar Rp13,6 triliun kepada para pemasoknya.

Toyota dan dinamika pasar EV Tiongkok

Meskipun membantah akuisisi, rumor tersebut muncul bukan tanpa alasan. Toyota tengah berjuang mengejar ketertinggalannya dalam elektrifikasi pasar otomotif Tiongkok.

Mereka telah mengembangkan model bZ3X dan bZ5 bersama BYD. Selain itu juga menandatangani kesepakatan pembangunan pabrik Lexus EV di Shanghai pada Februari 2025 yang ditargetkan mulai produksi pada 2027.

Akuisisi Neta dapat menjadi jalan pintas bagi Toyota untuk memperluas fasilitas produksi dan menambah aset serta teknologi, namun juga berisiko mewarisi beban utang besar milik Neta.

[Gambas:Video CNN]

(job/mik)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |