Jakarta, CNN Indonesia --
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 47,18 poin atau naik 0,66 persen ke level 7.214 pada Jumat (23/5) silam.
Investor melakukan transaksi sebesar Rp12,07 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 16,76 miliar saham.
Dalam sepekan terakhir, indeks saham menguat empat kali. Tak heran, performa indeks menguat 1,51 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja, Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan selama periode tanggal 19 sampai dengan 23 Mei 2025 kemarin, perdagangan saham ditutup bervariasi.
Tercatat, kapitalisasi pasar bursa mengalami lonjakan sebesar 1,97 persen dari Rp12.318 triliun menjadi Rp12.561 triliun pada penutupan pekan lalu. Di sisi lain, rata-rata volume transaksi harian mengalami penurunan 24,15 persen dari 30,02 miliar menjadi 22,78 miliar lembar saham.
Kemudian, rata-rata nilai transaksi harian pun turut mengalami penurunan sebesar 12,51 persen dari Rp16,59 triliun menjadi Rp14,52 triliun.
Lalu, rata-rata frekuensi transaksi harian turut mengalami penurunan yakni sebesar 4,46 persen dari 1,42 juta kali transaksi menjadi 1,36 juta kali transaksi pada penutupan pekan lalu.
"Investor asing hari ini mencatatkan nilai beli bersih Rp589,43 miliar dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp46,66 triliun," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (23/5).
Lantas seperti apa proyeksi pergerakan IHSG untuk sepekan ke depan?
Head of Customer Literation and Education dari Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan kenaikan IHSG pekan lalu didorong oleh respons positif pasar terhadap langkah Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga.
Menurutnya, kebijakan ini dinilai mampu meningkatkan daya beli masyarakat serta menurunkan biaya pendanaan (cost of fund). Selain itu, katanya, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat bergerak di bawah Rp16.300 turut memberikan sentimen optimistis bagi pelaku pasar.
"Untuk pekan depan, IHSG diperkirakan bergerak mixed dengan kecenderungan terbatas, berada dalam kisaran support di 7.090 dan resistance di 7.320," ujar Oktavianus kepada CNNIndonesia.com, Minggu (25/5).
Ia melihat pelaku pasar saat ini menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan yang akan memberikan gambaran arah kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).
Namun jika The Fed masih memilih mempertahankan suku bunga (FFR), hal ini bisa berdampak negatif bagi pasar saham secara umum, apalagi setelah lembaga pemeringkat Moody's menurunkan outlook kredit AS dan memunculkan kembali kekhawatiran soal utang pemerintah AS.
"Namun di sisi lain, situasi ini bisa berdampak positif bagi IHSG karena investor global cenderung mencari alternatif investasi di negara berkembang, seperti Indonesia. Ini membuka peluang lanjutan capital inflow ke pasar saham domestik," lanjutnya.
Sentimen positif lainnya, menurutnya, datang dari jadwal pembagian dividen sejumlah eemiten yang akan mencatatkan tanggal cum-dividen pekan depan. Menurutnya, saham-saham dengan dividend yield menarik diperkirakan akan menjadi perhatian investor.
Berdasarkan analisis teknikal, Oktavianus pun merekomendasikan beberapa saham yang bisa dikoleksi.
Pertama, saham Trimegah Bangun Persada atau NCKL yang ditutup menguat 5,71 persen ke posisi 740 pada pekan lalu. Oktavianus memproyeksi NCKL dapat menyentuh level 800 pada pekan ini.
Kedua, saham Bank Permata atau BNLI yang ditutup menguat 5,53 persen ke posisi 2.290 pekan lalu. Oktavianus memproyeksi BNLI dapat menyentuh level 2.500 pada pekan ini.
Senada, Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan IHSG masih berpeluang menguat dalam sepekan ke depan. Pergerakannya diperkirakan berada di kisaran support 7.030 dan resistance 7.283.
Herditya mengatakan ada beberapa faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi arah pergerakan IHSG pekan ini. Pertama, rilis data ekonomi AS, seperti pertumbuhan ekonomi kuartalan dan data inflasi inti, yang akan menjadi perhatian pasar global.
Kedua, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diperkirakan masih cenderung menguat. Hal ini menjadi sinyal positif bagi investor.
"Ketiga, masih terbuka peluang masuknya dana asing (capital inflow) ke pasar saham Indonesia, yang dapat mendorong penguatan indeks," ujarnya.
Keempat, harga emas dunia yang diperkirakan masih berpotensi naik. Menurutnya, hal ini bisa memberikan sentimen positif bagi saham-saham emiten pertambangan emas yang tercatat di IHSG.
Ia pun menyarankan investor dapat mencermati beberapa saham dari emiten ia rekomendasikan. Herditya merekomendasikan saham Bank Syariah Indonesia atau BRIS yang ditutup menguat 0,68 persen ke level 2.940 pekan lalu. Ia memproyeksi BRIS dapat menyentuh level 3.140 pekan ini.
Kemudian, Herditya merekomendasikan saham Merdeka Battery Materials atau MBMA yang ditutup menguat 2,27 persen ke posisi 360 pekan lalu. Ia memproyeksi MBMA dapat menyentuh level 408 pada pekan ini.
Herditya juga merekomendasikan saham PT Hartadinata Abadi Tbk atau HRTA yang ditutup di level 635 pada pekan lalu. Ia memproyeksi HRTA bisa menyentuh level 760 pada pekan ini.
(agt)