CNN Indonesia
Minggu, 18 Mei 2025 23:22 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Militer Israel memulai operasi darat besar-besaran yang disebut Operasi Kereta Perang Gideon di Jalur Gaza, Palestina pada Minggu (18/5).
"Pasukan IDF (angkatan darat) di Komando Selatan, baik tentara tetap maupun cadangan, memulai operasi darat yang lebih luas di seluruh Jalur Gaza utara dan selatan, sebagai bagian dari dimulainya Operasi Kereta Perang Gideon," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu.
Juru bicara militer Negeri Zionis Avichay Adraee mengatakan tentara Israel mengintensifkan serangan di Gaza dalam beberapa hari terakhir untuk mengganggu persiapan musuh dan mengklaim menargetkan lebih dari 670 pejuang Hamas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Operasi besar itu bertujuan untuk mencapai semua tujuan perang di Gaza, termasuk pembebasan para sandera dan kekalahan Hamas," bunyi pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di media sosial, seperti dikutip Arab Weekly.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kekhawatirannya pada hari Sabtu (17/5) atas laporan bahwa Israel berencana untuk memperluas operasi daratnya di Gaza. Menurut PBB, sekitar 71 persen Jalur Gaza berada di bawah perintah pemindahan atau di zona militerisasi Israel.
"Saya khawatir dengan rencana yang dilaporkan oleh Israel untuk memperluas operasi darat di Gaza," kata Guterres di media sosial X (dulu Twitter).
"Saya tegaskan PBB tidak akan berpartisipasi dalam operasi apa pun yang tidak mematuhi hukum internasional & prinsip-prinsip kemanusiaan, kemanusiaan, imparsialitas, independensi, dan netralitas," lanjutnya.
Tentara Israel telah mengintensifkan serangan udara di Gaza dalam lima hari terakhir, bertepatan dengan lawatan Presiden AS Donald Trump ke Teluk yang meliputi Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Setidaknya 378 warga Palestina tewas dan banyak yang terluka dalam serangan itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Tentara Israel telah melancarkan serangan brutal terhadap Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan lebih dari 53.300 warga Palestina, di mana sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong itu.
Hamas melalui pejabatnya mengatakan: "Posisi Israel tetap tidak berubah, mereka ingin membebaskan para tahanan (sandera) tanpa komitmen untuk mengakhiri perang."
Dia menegaskan kembali bahwa Hamas mengusulkan pembebasan semua sandera Israel sebagai imbalan atas diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel, diakhirinya blokade bantuan untuk Gaza, dan pembebasan tahanan Palestina.
(wiw)