Pakistan: Aksi Gegabah India Picu 2 Negara Nuklir Makin Dekat Konflik

Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Luar Negeri Pakistan mengutuk keras serangan India ke sejumlah wilayah di negara itu pada Rabu (7/5) dini hari.

Dalam rilis resmi, Kemlu Pakistan menyebut India melakukan tindakan perang yang tak beralasan dan terang-terangan.

"Tindakan gegabah India telah membawa kedua negara bersenjata nuklir itu lebih dekat ke konflik besar," demikian menurut Kemlu Pakistan.

Dikutip Al Jazeera, India dan Pakistan merupakan negara yang memiliki senjata nuklir. Kedua negara ini sempat melakukan uji coba nuklir dan sedang membangun kekuatan nuklir.

Pakistan memiliki 170 senjata nuklir dan India punya 164 senjata nuklir.

Dalam pernyataan resmi tersebut, Kemlu Pakistan juga menyatakan "agresi India" menyebabkan ancaman serius terhadap lalu lintas udara dan merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB serta pelanggaran internasional.

Pemerintah, rakyat, dan Angkatan Bersenjata Pakistan, lanjut mereka, bersatu melawan serangan India dan akan melindungi integritas teritorial negara ini. Islamabad juga menjanjikan bakal meluncurkan serangan balasan.

"Situasi terus berkembang. Pakistan berhak menanggapi dengan tepat di waktu yang tepat yang dipilih, sesuai dengan Piagam PBB pasal 51," lanjut mereka.

India meluncurkan 24 serangan ke enam titik di Pakistan. Serangan terbesar terjadi di Ahmedpur Sharqia, dekat kota Bahawalpur, Provinsi Punjab. Kompleks masjid juga terdampak serangan dan menyebabkan lima orang tewas, termasuk anak berusia 3 tahun.

Serangan lain terjadi di kota Muridke, desa dekat kota Sialkot, dan Shakargarh, serta di provinsi Punjab.

Dua lokasi di wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan, Muzaffarabad dan Kotli, juga terkena serangan dan dua masjid hancur. Anak perempuan berusia 16 tahun dan anak laki-laki berusia 18 tahun tewas dalam serangan tersebut.

Pakistan dan India tegang usai 26 turis di Kashmir tewas ditembak milisi yang disebut dari Pakistan pada April lalu. Pemerintah di New Delhi menuduh Islamabad terlibat tetapi mereka membantah.

(isa/rds)

[Gambas:Video CNN]