Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah memastikan bahwa kualitas Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Perum Bulog tetap terjaga meskipun stok saat ini mencapai angka yang cukup besar, yakni 3,7 juta ton.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, Sudaryono, dalam kunjungan kerjanya ke Sentra Penggilingan Padi Bulog di Karawang, Jawa Barat, Kamis (15/5).
Mas Dar, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa Bulog memiliki pengalaman panjang dan teknologi memadai dalam menjaga mutu beras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bulog ini mengelola beras enggak baru tahun ini saja, sudah 58 tahun. Jadi cara menyimpan beras supaya awet, difumigasi, dirawat supaya dia tetap terjaga kualitasnya, itu kita ada. Jadi enggak perlu dikhawatirkan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (16/5).
Menurutnya, dibandingkan dengan era sebelumnya, sistem pengelolaan stok saat ini jauh lebih modern dan transparan. Ia mencontohkan pada 1984, pemerintah terbukti mampu menyimpan hingga 3 juta ton beras meskipun teknologi saat itu masih terbatas.
Maka dari itu, Mas Dar optimis dengan kemajuan teknologi serta akses informasi yang lebih mudah saat ini, pengelolaan stok beras menjadi lebih baik, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
Ia juga menilai, dalam setiap sistem penyimpanan skala besar, kemungkinan adanya kerusakan pada sebagian kecil beras memang ada, namun volumenya masih dalam batas yang sangat kecil dan telah ditangani dengan prosedur yang jelas.
"Misalnya kita punya 3,7 juta ton, kemudian rusak 10 ton atau rusak 50 ton, kan kecil ya. Bukan berarti kita mengecilkan arti dari beras yang adalah makanan pokok kita, bukan tapi secara persentasenya kan kecil sekali," ucap dia.
Dirinya pun memastikan bahwa beras yang rusak tersebut tidak akan diberikan kepada manusia. Bulog memiliki mekanisme penanganan beras rusak, salah satunya dengan mengolahnya menjadi bahan pakan ternak.
Di samping memastikan kualitas beras, Mas Dar juga menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga harga gabah di tingkat petani melalui penyerapan langsung oleh Bulog.
Kebijakan ini merupakan bagian dari arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan menjaga kesejahteraan petani.
Ia juga mengungkapkan bahwa lonjakan produksi beras nasional pada kuartal pertama 2025 naik sebesar 51,45 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan ini merupakan hasil dari berbagai kebijakan strategis Kementerian Pertanian, termasuk peningkatan harga pembelian gabah menjadi Rp6.500 per kilogram, tambahan alokasi pupuk subsidi, penggunaan alat mesin pertanian modern, dan optimalisasi irigasi melalui program pompanisasi.
"Serapan tahun 2025 dari Januari sampai hari ini sudah lebih dari 2,1 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah. Peningkatan produksi kita merupakan hasil dari dukungan program Kementan dan keterlibatan berbagai pihak. Kita harus terus bersinergi untuk Indonesia swasembada pangan," pungkasnya.
(rir)