China Evaluasi Usulan AS untuk Mulai Pembicaraan Dagang

13 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah China tengah mengevaluasi usulan Amerika Serikat (AS) untuk memulai pembicaraan dagang.

Pernyataan ini menandai perubahan nada yang lebih terbuka dari sebelumnya dan berpotensi membuka jalan bagi negosiasi perdagangan antara China dan AS.

"AS baru-baru ini telah mengirimkan sejumlah pesan kepada China melalui pihak-pihak terkait, berharap untuk memulai pembicaraan. China saat ini sedang mengevaluasi hal tersebut," ujar juru bicara Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan resmi, Jumat (2/5), melansir CNN Business.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan ini menunjukkan pelunakan sikap Beijing. Sebelumnya, China bersikap tegas dan menolak tawaran pembicaraan dengan AS di tengah ketegangan yang meningkat akibat perang dagang yang dikobarkan Presiden AS Donald Trump belakangan ini.

Trump telah berulang kali menyatakan sejak pekan lalu bahwa pemerintahannya sedang berdialog dengan pejabat China untuk mencapai kesepakatan dagang. Namun, pernyataan-pernyataan tersebut terus dibantah oleh pemerintah China.

Namun, Beijing kembali menegaskan bahwa setiap negosiasi harus memenuhi sejumlah prasyarat.

"Perang tarif dan dagang dimulai secara sepihak oleh AS. Jika ingin bernegosiasi, mereka harus menunjukkan ketulusan sejati, termasuk bersedia memperbaiki kesalahan dan mencabut kenaikan tarif sepihak," tambah sang juru bicara itu.

"Sikap China tetap konsisten, jika ini pertarungan, kami akan jalani hingga akhir. Jika ini pembicaraan, pintunya terbuka," imbuhnya.

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan tarif yang diberlakukan Trump telah merugikan ekonomi China, hilangnya lapangan kerja, dan bahwa Beijing ingin segera berdialog.

"Pihak China sedang menghubungi, mereka ingin bertemu, mereka ingin berbicara," ujarnya dalam wawancara dengan Fox News.

Ia menambahkan bahwa pembicaraan dagang "akan segera terjadi."

Arus perdagangan besar antara dua ekonomi terbesar dunia kini terancam. Awal bulan ini, Trump menaikkan tarif terhadap produk-produk asal China hingga 145 persen, yang membuat banyak pelaku usaha China kesulitan untuk tetap berdagang dengan AS.

Sebagai balasan, Beijing menaikkan tarif terhadap produk-produk asal AS hingga 125 persen.

Tarif tinggi dari AS telah memberikan dampak signifikan pada ekonomi China yang bergantung pada ekspor dan manufaktur.

[Gambas:Video CNN]

Pesanan ekspor menurun, produksi pabrik terhenti. Sementara itu, data resmi menunjukkan aktivitas pabrik menyusut pada April dengan laju tercepat dalam 16 bulan terakhir, hal ini menandakan besarnya kerusakan akibat tarif yang sangat tinggi.

Beberapa peritel besar AS seperti Walmart dan Target memang telah kembali melakukan bisnis dengan pemasok China, namun banyak pabrik di negara itu masih belum beroperasi dan tengah menjajaki pasar alternatif seperti Eropa.

Federasi Ritel Nasional AS memperkirakan impor ke AS pada paruh kedua 2025 akan turun setidaknya 20 persen dibanding tahun sebelumnya.

Penurunan dari China diperkirakan jauh lebih drastis. JP Morgan memprediksi impor dari negara tersebut akan turun antara 75 persen hingga 80 persen.

Komentar terbaru dari Beijing muncul setelah beberapa hari saling klaim antara pejabat AS dan China terkait apakah pembicaraan memang sedang berlangsung, di tengah keengganan kedua pihak untuk terlihat sebagai pihak pertama yang mundur.

Pekan lalu, Trump terlihat mulai melunakkan sikapnya, dengan mengatakan tarif tinggi AS atas barang-barang China akan "turun secara substansial". Ia berjanji akan bersikap "sangat baik" di meja perundingan demi mendorong Presiden Xi Jinping untuk membuka dialog.

Namun, keinginan Trump untuk meredakan perang dagang itu ditolak oleh Beijing. Pemerintah China secara konsisten menuntut pencabutan seluruh tarif atas produk-produknya sebagai prasyarat pembicaraan.

Kementerian Luar Negeri China juga membagikan video mencolok di media sosial yang menyatakan bahwa China tidak akan "berlutut" kepada pemimpin AS yang mereka sebut sebagai "penindas".

(del/agt)

Read Entire Article
| | | |