Jakarta, CNN Indonesia --
Mobil hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) dikenal sebagai kendaraan bebas emisi karena tidak menghasilkan asap atau gas buang berbahaya. Alih-alih mengeluarkan karbon monoksida atau nitrogen oksida seperti mobil konvensional, knalpot mobil hidrogen hanya mengeluarkan air.
Kemudian muncul pertanyaan, apakah air yang keluar dari knalpot mobil hidrogen aman diminum? Secara singkat, jawabannya aman namun ada syaratnya.
Pertanyaan ini ternyata bukan hal liar atau isapan jempol belaka. Sebuah studi ilmiah berjudul Recovery and quality of water produced by commercial fuel cells yang diterbitkan dalam jurnal International Journal of Hydrogen Energy menemukan bahwa kualitas air hasil pembakaran dalam dua sel bahan bakar komersial memenuhi hampir semua persyaratan air minum dari badan resmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang dihasilkan oleh sel bahan bakar jenis PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) memenuhi hampir semua persyaratan air minum dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (USEPA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," mengutip halaman 4023 jurnal tersebut.
Air tersebut secara teori cukup bersih untuk diminum, selama efisiensi pemulihan mencapai parameter tertentu. Bahkan, dengan efisiensi tersebut, air dari sel bahan bakar disebut bisa mencukupi kebutuhan air minum harian satu rumah tangga di Amerika Serikat.
"Jika efisiensi pemulihan air dapat ditingkatkan hingga 40 persen, sistem ini dapat menyediakan energi listrik dan air minum untuk satu rumah tangga rata-rata di Amerika Serikat," mengutip halaman 4027.
Kontaminasi
Meski demikian, para peneliti menyoroti kontaminasi tetap bisa terjadi akibat material sistem, seperti logam nikel, mangan dan aluminium yang berasal dari pipa atau komponen kendaraan.
Oleh karena itu air pembuangan dari knalpot mobil hidrogen tidak disarankan langsung diminum tanpa proses penyaringan tambahan yang menjamin keamanannya.
"Agar layak untuk diminum, air yang dihasilkan oleh PEMFC perlu memiliki kadar nikel dan aluminium yang lebih rendah serta kandungan garam yang lebih tinggi," pungkas peneliti pada bagian kesimpulan.
Kenapa masih pakai knalpot?
Meskipun FCEV adalah mobil listrik, jenis kendaraan ini tetap memiliki sistem pembuangan berupa knalpot untuk mengeluarkan produk sampingan dari proses kerja sel bahan bakar.
Hal ini karena proses di dalam sel bahan bakar, meski bersih dalam hal emisi karbon, tetap menghasilkan panas dan kelembaban berlebih yang harus dibuang secara teratur.
Selain itu, dalam kondisi tertentu, FCEV juga bisa menghasilkan sejumlah kecil gas lain seperti nitrogen oksida (NOx). Meski kadarnya jauh lebih rendah dibanding kendaraan bermesin pembakaran, tetap diperlukan sistem pembuangan untuk meminimalkan potensi pelepasannya.
Oleh karenanya, knalpot tetap dibutuhkan. Bukan untuk membuang asap tetapi untuk mengolah hasil samping seperti air, panas dan sisa gas lainnya.
Selain itu, ada alasan strategis branding dan psikologis dari tetap mempertahankan knalpot. Beberapa produsen secara visual mempertahankan saluran buang agar konsumen bisa melihat uap air keluar dari mobil, sebagai simbol bahwa kendaraan tersebut benar-benar ramah lingkungan.
Dari sisi psikologis, hal ini membantu memberikan sensasi familiar kepada pengguna yang terbiasa melihat knalpot pada mobil konvensional.
Sementara dari sisi branding, keberadaan 'knalpot air' ini menjadi bagian dari strategi komunikasi visual untuk menunjukkan bahwa teknologi mobil mereka bekerja tanpa polusi, hanya menghasilkan air dan layak disebut sebagai kendaraan masa depan.
(job/fea)